Sabtu, 15 Oktober 2011


Dalam mitos setiap bangsa di dunia, manusia raksasa hampir merupakan sebuah tokoh penting yang tidak pernah ketinggalan. Dari mitologi Yunani diceritakan tentang pertemuan pahlawan Audosa, Edy Zeus dengan manusia raksasa bermata satu di sebuah pulau di laut, dan Grand dalam dongengnya Jack dengan kacang polong dan manusia raksasa, hingga ke negeri manusia raksasa dalam kisah perjalanan Buddha. Banyak sekali kisah cerita yang semuanya menggambarkan tentang kehidupan manusia raksasa seperti ini. Setelah abad ke-18, seiring dengan perkembangan penelitian pengetahuan manusia di zaman modern, berangsur-angsur legenda sejenis ini pun lenyap. Dan sekarang, orang-orang mengatakan bahwa semua kisah ini hanya legenda, tidak boleh sepenuhnya dipercaya. Namun, sejumlah penemuan arkeologi yang berhubungan dengan manusia raksasa membuat orang merenungkannya kembali, apakah hanya sekadar legenda?

Kita lihat dulu ukiran batu Ica yang ditemukan di Peru, Amerika Selatan, semua batu yang dikumpulkan di museum Dr. Javier, banyak sekali terdapat ukiran yang membuat orang sulit untuk percaya. Di dalam semua gambar ini, dengan jelas kita bisa melihat suasana kehidupan bersama antara manusia dengan dinosaurus, dinosaurus tampak seperti hewan peliharaan atau hewan kesayangan orang-orang pada waktu itu. Sementara ilmuwan berpendapat, bahwa sejak lebih dari 50 juta tahun yang silam dinosaurus sudah lenyap, kalau begitu, siapa sesungguhnya yang mengukir semua gambar tersebut?
Salah satu pada batu tersebut terukir sebuah gambar, di mana ada seorang yang panik terus dikejar oleh seekor dinosaurus ganas, dia terus berlari dengan perasaan takut. Dinosaurus ini sama seperti dinosaurus ganas yang kita tonton dalam film Jurassic Park, adalah semacam dinosaurus yang berdiri tegak, kaki belakangnya sangat kuat bertenaga, dan kaki depannya sangat pendek. Sepertinya tidak normal pertumbuhannya, tampak tidak serasi dengan sosok badannya yang raksasa. Kini, setelah pakar dinosaurus mengeskavasi fosilnya, melalui penyusunan perbedaan jenis secara seksama, kemudian dengan cara membentuk secara tambal sulam penyusunan kembali kerangka, selanjutnya berdasarkan perkiraan yang rasional lalu melukiskan bentuk dinosaurus di masa itu. Orang yang mengukir semua batu-batu ini, jika bukan hidup pada lebih dari 100 juta tahun yang silam, maka jelas mereka memiliki pengetahuan yang setara dengan ilmuwan sekarang bisa menggambar bentuk dinosaurus melalui fosil pemulihan.



Tidak peduli pendapat mana yang benar, kesimpulan yang diperoleh sama menakjubkan, karena semua gambar yang diukir di atas batu ini terlalu sukar untuk dipahami orang, kenapa bisa melukiskan dinosaurus bersama dengan orang? Coba lihat lagi sebuah batu lainnya, di mana yang terukir di atasnya adalah seekor dinosaurus bersegi tiga. Bentuk dinosaurus ini sangat mirip dengan badak raksasa, dan nama segi tiga diambil dari bagian kepalanya. Dalam gambar tersebut yang terukir adalah seseorang yang menunggang punggung dinosaurus segi tiga, tangannya memegang dan mengayunkan senjata yang mirip kapak. Di atas batu itu, kita masih dapat melihat seseorang yang menunggang di atas punggung dinosaurus bersayap. Batu-batu yang terukir ini hampir semuanya menampilkan jenis dinosaurus yang terkenal itu, dan lagi pula, sepertinya memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan orang-orang yang mengukir di atas batu ini.
Jika membandingkan secara seksama semua batu ini, maka akan menemukan sebuah kenyataan yang semakin membuat orang merasa takjub. Di dalam semua batu ukiran ini, skala ukuran manusia dengan dinosaurus tidak jauh berbeda. Dengan berdasarkan contoh fosil dinosaurus ganas yang ditemukan sekarang, tinggi badan dinosaurus ganas kira-kira setinggi 3 lantai gedung apartemen, dalam film Jurassic Park, kita bisa melihat bahwa betapa besarnya dinosaurus ganas itu, dengan sekali injak saja bisa meremukkan orang. Dalam semua batu ukiran yang kita lihat, meskipun dinosaurus tetap lebih besar dari manusia, namun perbandingannya tidak jauh berbeda, terhadap orang yang menunggangi dinosaurus bersegi tiga, perbandingannya adalah seperti orang sekarang dengan sapi. Kalau demikian halnya, semua ini menunjukkan apa? Apakah ada kemungkinannya bahwa manusia yang hidup pada masa dinosaurus itu adalah manusia raksasa?
Pemikiran seperti ini kalau baru pertama kali mendengarnya sukar diterima orang, namun jika semua orang mengetahui bahwa capung yang hidup pada masa dinosaurus, sayapnya bisa mencapai hingga satu meter lebarnya jika dibentangkan, lalu jika mengatakan bahwa orang yang hidup pada masa dinosaurus adalah manusia raksasa, maka tidak aneh lagi jika mempunyai pemikiran seperti itu bukan?
Coba kita lihat kedua gambar ini. Yang satu adalah ukiran batu Ica, yang satunya lagi adalah gambar raksasa Nasca di atas tanah datar. Di atas sebuah batu Ica yang tergali, terukir gambar kera yang nyaris sama dengan gambar raksasa Nasca di atas tanah datar. Apakah seniman pengukir juga merupakan pelukis gambar raksasa Nasca? Dan apakah gambar raksasa Nasca yang membuat orang sukar untuk dipahami ini juga dilukis oleh manusia raksasa?
Pada periode terakhir tahun 1950, daerah lembah Turki ditemukan banyak sekali fosil tulang raksasa. Setelah dibuktikan melalui penyelidikan, tulangnya sangat mirip dengan tulang manusia hanya saja ukurannya sangat di luar dugaan, salah satu fosil tulang paha di antaranya mencapai hingga 120 cm. Berdasarkan ukuran ini, maka tinggi badan manusia ini mencapai 5 meter, maka sedikit pun tidak salah jika disebut sebagai manusia raksasa, bukan?
Sedangkan satunya lagi yang mirip di atas ditemukan di Amerika. Orang Indian memiliki sebuah legenda, dahulu kala pernah ada sebuah bangsa manusia raksasa berambut merah, perawakannya benar-benar besar dan juga sangat ganas, leluhur orang Indian, setelah melalui rangkaian ekspedisi sepanjang tahun, baru bisa mengusir manusia raksasa ini. Beberapa manusia raksasa ini tinggal di sebuah kota kecil 35 km dari benua Nevada, Amerika Serikat, di sebuah gua yang disebut Gua Gerai Rambut. Pada mulanya orang tidak menaruh perhatian terhadap legenda ini, hingga sampai pada tahun 1911 sesudah Masehi, setelah buruh tambang sedang menggali kotoran burung di Gua Gerai Rambut tersebut, menemukan sesosok mayat kering (mumi), dengan tinggi badan 2,2 meter, berambut merah. Dengan ditemukannya mumi tersebut barulah menarik perhatian para Arkeolog.
Setelah penemuan ini disingkap, para sarjana teringat akan legenda kuno orang Indian dulu, dan kemudian mulai melakukan penyelidikan. Lembaga sejarah Universitas Beograd, California dan lembaga sejarah Nevada mengutus stafnya untuk melakukan penyelidikan. Laod menemukan beberapa barang peninggalan orang Indian, sayangnya gua tersebut kini telah rusak dikarenakan penggalian tambang.
Selanjutnya, insinyur pertambangan Richde dan staf lainnya mengukur beberapa tulang paha yang telah digali dan menemukan petunjuk dari tulang paha orang-orang itu bahwa tinggi badannya bisa mencapai 2-3 meter. Dan juga ditemukan beberapa rambut berwarna merah pada tempat yang sama. Semua kerangka ini masih disimpan di Museum Henphood, Nevada, Amerika Serikat.
Di Malaysia di sekitar kota Serawak, juga tersiar legenda tentang manusia raksasa, pada awal abad ini, ada orang yang menemukan beberapa gada (pentungan) raksasa di hutan lebat Serawak dengan panjang 2,5-9 meter, konon katanya itu adalah alat yang digunakan oleh manusia raksasa.
Dalam perkembangan sejarah manusia yang panjang, apakah benar pernah ada keberadaan manusia raksasa ini? Jika tidak, lalu apa yang terjadi dengan tulang belulang raksasa yang ditemukan di Turki dan Gua Gerai Rambut di Nevada, Amerika Serikat? Dan jika pernah ada, lalu ke mana perginya mereka? Beberapa bukti di atas, jika dipisah, semuanya merupakan teka-teki yang belum terpecahkan, dan jika disimpulkan merupakan suatu misteri yang mengundang orang untuk berpikir. Untuk melihat video silahkan klik link berikut ini :

http://www.youtube.com/watch?v=wH-E3fRDJic


sumber: http://erabaru.net dan www.youtube.com

3 komentar: